Kisah Pekerja Lembur Tidak Dibayar
Mira bercerita tentang pengalamannya bekerja lembur tidak dibayar. Tak cuma sehari atau seminggu, tapi berbulan-bulan lamanya. Kasusnya viral di media sosial dan memaksa pemerintah turun tangan. Ini ceritanya.
Hari sudah beranjak gelap. Tapi, lampu-lampu pabrik masih menyala terang. Ruangan produksi masih ramai oleh suara mesin dan aroma kain yang baru dipotong. Mira menarik napas panjang, mengusap peluh di kening, lalu kembali menata tumpukan kain di depannya.
Mira bekerja di sebuah pabrik tekstil dan garmen yang berlokasi di Jawa Tengah. Awalnya, ia merasa bangga bisa mendapat pekerjaan tetap di pabrik yang terkenal elit di wilayahnya dan memproduksi merek terkenal. Apalagi, gaji bulanan yang dijanjikan cukup untuk membantu ekonomi keluarga di kampung.
Namun, dua bulan terakhir, Mira mulai merasakan ritme kerja yang berbeda. Hampir setiap hari, ia harus pulang larut malam. Supervisor selalu datang membawa daftar orderan yang harus selesai hari itu juga. “Ayo, malam ini kita lembur lagi ya. Nanti uangnya masuk bulan depan,” begitu katanya memerintah para pekerja.
Mira mengangguk, meski tubuhnya sudah lelah. Ia masih belum yakin apakah lembur malam ini akan dibayar. Sebab, uang lemburnya bulan kemarin saja belum cair. Padahal kalau dihitung-hitung jumlahnya lumayan gede.
Ia menghibur diri sendiri bahwa suatu saat uang lemburnya akan dibayar, mengingat tempat kerjanya adalah pabrik besar — tidak mungkin melanggar aturan. Tapi waktu berlalu, dan Mira mulai merasakan ada yang aneh.
Baca juga: Hak Lembur Manajer sesuai Aturan UU
Awal mula lembur tidak dibayar
Setiap minggu, Mira dan teman-temannya diminta mengisi daftar lembur. Mereka menulis jam masuk dan jam pulang, menandatangani form yang katanya akan dikirim ke bagian keuangan. “Nanti, kalau sudah direkap, uang lembur akan ditransfer ke rekening masing-masing,” kata seorang atasannya.
Satu bulan berlalu, Mira menunggu upah lembur masuk. Ia mengecek rekening setiap hari, berharap ada tambahan saldo. Tapi yang masuk hanya gaji pokok dan tunjangan makan harian. Mira dan kawan-kawan mencoba bertanya pada bagian keuangan, tapi jawabannya selalu sama, “Masih direkap, Mbak, sabar ya.”
Ada seorang teman kerjanya yang protes keras ke atasan soal uang lembur tidak dibayar. Tapi bukannya berhasil, malah ia dipindah ke bagian lain yang bikin nggak betah. Akhirnya ia mengundurkan diri.
Mira mulai curiga. Tapi, ia tak tahu harus bagaimana. Ia butuh pekerjaan ini, tapi ia juga butuh keadilan. Setiap malam, ia pulang dengan tubuh lelah, kurang istirahat. Sementara besok paginya harus bekerja lagi.
Sekarang ia khawatir dan meragukan bahwa perusahaan akan membayar hak lembur karyawan sebagaimana yang mereka janjikan di awal.
Baca juga: Lembur vs Shift, Mana yang Lebih Efisien bagi Perusahaan
Malam-malam panjang di pabrik
Hari-hari berlalu. Mira semakin terbiasa dengan kerja lembur gratis. Ia dan teman-temannya seperti sudah pasrah. Setiap jam delapan malam, mereka masih duduk di depan mesin jahit, menuntaskan orderan yang harus siap kirim keesokan harinya.
Kadang, Mira iseng menghitung berapa jam kerja lembur tanpa kompensasi yang sudah ia jalani. Dalam sebulan, ia bisa lembur sampai 50 jam — lebih dari jam kerja seminggu!
Pernah suatu malam, listrik di pabrik padam karena ada masalah dengan sistem power supply. Semua pekerja menunggu di ruang istirahat sembari menunggu perbaikan yang dilakukan teknisi. Harapannya, mereka bisa pulang dan melanjutkan pekerjaan besok pagi. Tapi, setelah listrik kembali, mereka diminta tetap menyelesaikan pekerjaan, meski sudah lewat jam 9 malam.
“Maaf. Ini orderan penting. Kalau nggak selesai, kita semua kena marah,” kata si manajer. Tak ada yang berani membantah. Semua kembali ke mesin masing-masing, menahan kantuk dan lelah.
Teman-teman senasib
Mira dan teman-temannya menjalani lembur sukarela. Ada Siti, ibu dua anak yang setiap malam harus pulang naik ojek karena angkutan umum sudah tidak beroperasi. Ada juga Edi, buruh laki-laki yang sering mengeluh sakit pinggang karena harus berdiri berjam-jam di depan mesin potong.
Mereka semua punya cerita sendiri tentang upah lembur tidak dibayar. Siti pernah mencoba bertanya pada HRD, tapi hanya mendapat jawaban singkat, “Nanti, Bu, sabar ya.” Edi bahkan pernah mengadu ke serikat buruh, tapi kasusnya belum ada kemajuan.
“Kita ini kayak kerja bakti, lembur tanpa upah,” kata Mira ke teman-temannya. “Bukan, kita ini kerja rodi,” sahut yang lain disambut tawa getir. Mira dan teman-teman sering bercanda pahit saat beristirahat di kantin pabrik.
Baca juga: Panduan Lengkap: Cara Hitung Lembur per Jam Menurut UU Cipta Kerja
Hari-hari tanpa kepastian
Mira masih berharap. Ia pikir, mungkin administrasi perusahaan memang lambat. Tapi ketika gaji bulanan masuk, lagi-lagi tak ada tambahan dari lembur. Mira mulai merasa putus asa. Lima bulan lamanya, upah lembur tertunggak di pabrik.
Suatu hari, ia memberanikan diri bertanya langsung kepada manajer produksi. “Pak, uang lembur kami kok belum masuk juga, ya?” Si manajer tersenyum kecut. “Sabar, Mir. Saya juga enggak bisa apa-apa. Semua tergantung bos besar.”
Mira pulang dengan hati berat. Ia tahu, aturan lembur pemerintah jelas mengatur hak pekerja lembur. Tapi di pabriknya, aturan itu seperti tak berlaku. Mira mulai mencari tahu lewat internet, membaca kisah-kisah pekerja lain yang juga mengalami pelanggaran pembayaran lembur.
Kasus lembur tidak dibayar akhirnya viral
Hari-hari Mira di pabrik makin terasa berat. Suatu hari, ia akan pulang setelah bekerja 8 jam. Tetapi dihadang oleh bos perusahaan. Mira disuruh kembali bekerja. Tetapi, entah hal apa yang membuatnya berani untuk bersikap konfrontatif hari itu.
Adu mulut tak terelakkan. Mira dibentak dan dikatain dengan ucapan tak pantas. Secara spontan, ia ambil ponselnya dan rekam semua peristiwa debat dengan bosnya itu.
Keesokan harinya, video itu diunggah ke media sosial. Tak butuh waktu lama untuk viral. Dalam hitungan jam, video tersebut sudah ditonton dan disukai ribuan orang. Banyak komentar netizen yang mengaku pernah mengalami lembur tidak dibayar seperti Mira dan teman-temannya.
Nama pabrik memang tidak disebutkan, tapi ciri-ciri dan cerita di video itu membuat banyak orang menebak-nebak. Mira dan teman-temannya mulai gelisah. Ia takut manajemen perusahaan semakin murka dan melakukan PHK massal gara-gara videonya.
Tak lama setelah video itu ramai di media sosial, beberapa wartawan datang ke depan pabrik. Mereka ingin mengklarifikasi dugaan kasus upah lembur yang ditahan perusahaan. Beberapa media melakukan investigasi langsung ke pekerja diam-diam.
Puncak kegelisahan buruh pabrik
Viralnya video Mira dan pemberitaan media menjadi momen bagi buruh untuk bergerak. Serikat pekerja menggelar demo, menuntut pemerintah daerah bersikap. Tapi apa yang terjadi?
Mira malah mendapat ancaman dari manajemen untuk menghapus videonya di media sosial. Jika tidak, ia akan dilaporkan ke polisi dengan UU ITE. Tetapi, sudah kepalang basah. Mira melawan. Ia dan teman-temannya balik mengancam akan melaporkan manajemen perusahaan karena tidak membayar upah lembur.
“Saya orang Indonesia tahu betul UU. Jam kerja itu maksimal 8 jam. Mereka ini tamu di sini, tapi seolah-olah paling tahu soal hukum di sini,” teriak Mira saat orasi serikat pekerja di depan kantor pemerintah daerah.
Kasus lembur paksa ini semakin menggelinding bak bola salju dan menarik perhatian banyak pihak, dari partai politik, media, hingga pemerintah.
Dinas Ketenagakerjaan akhirnya datang melakukan pemeriksaan. Beberapa petugas masuk ke ruang HRD. Mereka memeriksa semua dokumen, termasuk daftar kehadiran, jam kerja, form lembur, dan bukti pembayaran gaji. Mira dan teman-temannya dipanggil satu per satu untuk dimintai keterangan.
Mira duduk di depan salah satu petugas. Ia menceritakan bagaimana selama berbulan-bulan ia dan teman-temannya tidak menerima upah lembur. Petugas dinas tampak serius mencatat semua aduan.
Baca juga: Top 5 Aplikasi Catatan Lembur Kerja: Fitur-fitur dan Keunggulannya
Menanti keadilan atas lembur tidak dibayar
Setelah pemeriksaan, suasana di pabrik makin tak menentu. Para pekerja saling bertanya-tanya, apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka mungkin saja kehilangan pekerjaan, diputus kontraknya, atau di-PHK oleh perusahaan. Semuanya gusar.
Beberapa hari kemudian, pihak Dinas Ketenagakerjaan mengumumkan hasil pemeriksaan. Mereka menemukan pelanggaran serius terkait kerja lembur di pabrik tersebut. Perusahaan terbukti melakukan pelanggaran dengan tidak membayar lembur sejak lima bulan terakhir.
Berdasarkan temuan dinas, kerja lembur dalam lima bulan itu melibatkan lebih dari 4.000 pekerja, dengan total perhitungan upah mencapai lebih dari Rp600 juta. Mediasi dilakukan oleh dinas, dan pihak perusahaan sanggup membayar lunas tunggakan lembur karyawan.
Kabar itu menyebar cepat di antara para pekerja. Ada yang menangis lega, ada yang masih tak percaya. Mira sendiri merasa campur aduk — antara bahagia dan takut. Ia tahu, setelah ini, situasi di pabrik mungkin tak akan pernah sama lagi.
Tak lama setelah pengumuman dari Dinas Ketenagakerjaan, pihak perusahaan mengumpulkan semua pekerja. HRD menyampaikan bahwa perusahaan akan membayarkan semua upah lembur yang tak dibayar.
Ia dan teman-temannya saling menatap. Mereka tampak ceria. Untuk pertama kalinya, mereka merasa perjuangan mereka tidak sia-sia.
Jangan sampai masalah lembur jadi kasus hukum
Agar kasus serupa tidak menimpa bisnis kamu — dan untuk mencegah reputasi perusahaan memburuk atau terkena sanksi hukum — kamu bisa menggunakan Hadirr, solusi digital yang transparan dan otomatis.
Aplikasi absensi online ini telah dipercaya banyak perusahaan di Indonesia untuk membantu mengelola waktu kerja karyawan secara efisien.
Dengan Hadirr, kamu bisa:
- Memantau kehadiran/absensi karyawan secara real-time dan akurat, baik di kantor, lapangan, maupun remote. Absensi dilakukan lewat selfie dengan verifikasi face recognition dan GPS, sehingga data kehadiran benar-benar valid dan minim kecurangan.
- Mencatat jam lembur secara otomatis dan detail. Semua data lembur terekam langsung di aplikasi, lengkap dengan persetujuan online, sehingga tidak ada lagi lembur yang terlewat atau salah hitung. Proses ini juga terintegrasi dengan sistem payroll otomatis, sehingga memudahkan perhitungan upah lembur yang transparan dan sesuai regulasi pemerintah.
- Melacak jam kerja harian, mingguan, atau bulanan setiap karyawan. Kamu bisa melihat rekap jam kerja, aktivitas, dan produktivitas tim secara objektif tanpa ribet, sekaligus memudahkan pelaporan. Jadi, jika ada kelebihan jam kerja atas perintah atasan, maka HR akan menghitungnya sebagai lembur.
- Mengatur shift kerja dengan mudah dan otomatis. Fitur ini sangat membantu jika Anda ingin mengelola jadwal shift agar karyawan tidak perlu lembur, atau membagi jam kerja secara adil sesuai kebutuhan operasional perusahaan. Jadwal shift bisa diatur sekali, lalu diterapkan ke seluruh tim dengan monitoring otomatis.
Yuk, coba Hadirr sekarang untuk mengelola kehadiran, lembur, dan shift kerja karyawan kamu. Semuanya terdokumentasi otomatis tanpa perlu rekap!