Suka Duka Menjadi Technical Sales
Profesi technical sales memang menuntut pengetahuan teknis mendalam mengenai produk yang dijual dan bisa casciscus menjawab semua pertanyaan rumit calon konsumen. Tetapi, itu saja nggak cukup. Paham produk itu syarat pokok, tapi paham manusia itu keterampilan penting untuk mengejar closing!
Kenapa? Ya karena semua sales itu tujuannya tetap berjualan. Dan, sisi paling sulit adalah menaklukkan manusia (calon pelanggan). Mereka dituntut luwes, mampu menjelma menjadi konsultan, negosiator, sekaligus pendengar curhatan customer. Kadang, mereka harus menurunkan ego, menambah kesabaran, dan menyenangkan lawan bicara.
Berikut ini kisah suka duka menjadi technical sales dan bagaimana mereka berinteraksi dengan pelanggan. Simak ceritanya!
Technical sales: pekerjaan yang penuh kejutan
Kurnia pernah berkecimpung sebagai technical sales di perusahaan supplier peralatan konstruksi. Di awal kariernya, dia mengira pekerjaan ini sebatas menjual produk dan mendapatkan komisi.
Ternyata, jadi sales lebih kompleks dari itu—penuh kejutan, tekanan, kadang menyenangkan, sering juga melelahkan. Tapi justru dari suka duka menjadi sales itulah ia merasa banyak hal bisa dibagikan buat siapa pun yang penasaran dengan dunia sales.
Dalam perjalanannya, ia menemukan satu fakta menarik bahwa hampir semua orang bisa jadi sales. Latar belakang pendidikan bukan masalah besar. Ia mengenal teman-teman lulusan teknik, sastra, bahkan seni rupa yang berhasil menjadi sales andal di berbagai bidang.
Ia percaya kemampuan dasar seperti bicara, memahami kebutuhan orang lain, dan membangun hubungan bisa dilatih, selama ada kemauan. Menurutnya, jadi sales bukan sekadar asal bisa ngomong, tetapi juga harus punya pengetahuan tentang produk dan calon konsumen.
Tetapi, kemampuan teknis saja nggak menjamin keberhasilan di dunia sales. Dia pernah menghabiskan waktu berhari-hari mempersiapkan presentasi, mempelajari produk luar dalam, dan menjalin komunikasi yang intens. Ironisnya, ia malah jadi sales gagal closing.
“Padahal udah hampir banget PO dengan pembelian produk ratusan juta, eh nggak jadi karena budget proyeknya dipangkas, gara-gara owner-nya ada masalah,” katanya sebagaimana ia ceritakan di Mojok.
Sebaliknya, ada juga momen tak terduga ketika seorang calon konsumen tiba-tiba melakukan pembelian besar tanpa proses panjang. Nggak pakai basa-basi, nggak pakai mikir lama, langsung closing. Di dunia sales, menurutnya, faktor X seperti keberuntungan, momentum, dan koneksi bisa memainkan peran besar.
Baca juga: Tugas Sales Counter: Peran dan Skill Penting yang Dibutuhkan
Sisi pahitnya…
Hal yang paling menantang dirinya—dan mungkin paling menyentuh ego—adalah saat harus menanggalkan kebanggaan pribadi. Meski ia sarjana teknik lulusan universitas negeri ternama dengan segudang prestasi, semua itu tak banyak berarti ketika harus berdiri di depan kantor orang, mengetuk pintu sambil menawarkan produk.
Ia pernah dimaki, kerap diabaikan, bahkan ditolak mentah-mentah. Di awal-awal, ia sempat merasa sangat kecil. Tapi justru dari situlah ia belajar tentang kerendahan hati, daya tahan, dan pentingnya menjaga sikap meski situasi tak bersahabat.
Masalah konflik juga ada. Rebutan klien dengan sales lain, masalah stok, diskon yang salah input, hingga pelanggan yang kabur ke kompetitor. Tapi semua itu bagian dari ritme kerja yang lama-lama bisa dinikmati.
Sisi senangnya juga banyak…
Meski begitu, bukan berarti pekerjaan ini selalu muram baginya. Ada banyak sukanya. Waktu kerja sales fleksibel, misalnya. Ketika banyak orang harus berkutat di kantor seharian, dirinya hanya masuk siang untuk meeting.
Atau saat orang-orang masih lembur atau pulang malam, ia sudah duduk di rumah sejak sore karena semua janji temu hari itu selesai lebih cepat. Ia bisa bekerja hanya 3 jam sehari, meski tidak tiap hari.
“Di luar jam itu, ya biasanya ngurus tektek bengek seperti agreement, penawaran, dan lain-lain. Dan tentu saja ngerjain itu juga nggak harus di kantor. Bisa di mana aja asal ada laptop!” ujarnya.
Belum lagi soal komisi sales. Jika performa bagus, penghasilan seorang sales bisa jauh melebihi gaji pokok. Nah, yang bikin semangat adalah jumlahnya bisa berkali-kali lipat!
Baca juga: Cara Monitoring Sales Lapangan dengan Aplikasi Mobile
Kuncinya perbanyak relasi
Menurutnya, menjadi sales bukan cuma soal jualan. Tetapi juga tentang membangun hubungan, belajar terus menerus, dan tetap rendah hati.
Dalam kesehariannya, ia banyak bertemu orang, dari teknisi lapangan hingga direktur perusahaan. Kadang ia jadi konsultan produk, kadang negosiator, kadang juga jadi “terapis” untuk mendengarkan curhat keluhan customer.
Setiap pertemuan adalah kesempatan baginya, baik untuk membangun hubungan jangka panjang maupun untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Exposure ke orang-orang penting membuat wawasan bisnisnya berkembang.
Dari semua pengalamannya, ia belajar hal penting: jangan terlalu baper kalau ditolak, jangan malu memulai percakapan, dan jangan segan bertanya—bahkan jika perlu harus pura-pura tidak tahu.
“Niatin jadi teman customer, karena jadi sales itu nggak cuma jualan satu kali ke orang itu.”
Technical sales: menarik tapi menguras energi
Novi adalah seorang sales engineer di sebuah perusahaan dengan pengalaman kerja lebih dari sepuluh tahun. Pekerjaannya menjual mesin produksi untuk sejumlah sektor industri.
“Profesi ini sebenarnya menarik. Selain menuntut kemampuan menjual, kita juga harus memiliki pengetahuan tentang teknik, minimal terhadap mesin yang kita pasarkan,” katanya seperti ia ceritakan di Quora.
Perempuan di dunia laki-laki
Pekerjaan ini tidaklah mudah bagi seorang perempuan. Apalagi dalam ranah B2B, ia tidak hanya berhadapan dengan staf purchasing yang hanya paham sisi transaksi. Lebih sering, ia harus bertatap muka langsung dengan user dari divisi teknik, engineering, atau produksi—yang sebagian besar adalah laki-laki.
Beberapa sangat kompeten, beberapa lainnya justru sebaliknya. Ada yang menyambut hangat, ada pula yang langsung skeptis hanya karena ia seorang perempuan—yang dianggap tidak terlalu paham urusan teknik dan permesinan.
“Ini menguras energi, karena kita harus membuktikan bahwa kita layak mempresentasikan, menjual, dan merekomendasikan mesin atau sistem yang akan kita tawarkan, yang akan memengaruhi produksi mereka.”
Harus terus mempelajari calon pelanggan
Ia dituntut punya pengetahuan mendalam tentang mesin yang dipasarkan. Bukan hanya itu, tantangan yang lebih rumit justru mempelajari siapa calon pembelinya. Karena, tiap industri punya kebutuhan mesin yang berbeda.
Saat harus presentasi di pabrik kabel, ia mempelajari alur produksi kabel dan jenis-jenis mesin yang digunakan. Saat berkunjung ke pabrik ban, ia mencari tahu apa itu banbury, extruder, hingga green tyre. Bahkan untuk pabrik farmasi, ia menggali dulu regulasi industri, memastikan bahwa mesin yang ia tawarkan sudah sesuai dengan cGMP dan FDA 21 CFR Part 11.
“Repot? Banget. Karena itu berarti harus belajar lagi, belajar terus, meski kadang rasanya lebih enak gegoleran sambil nonton Netflix,” katanya.
Baginya, “minimal tahu mesin” itu nggak cukup. Sebab kalau cuma tahu sedikit, hasil penjualannya juga bakal sedikit. Tujuan akhir seorang sales engineer adalah tetap jualan.
Baca juga: Cara Monitoring Sales Lapangan dengan Aplikasi Mobile
Punya pengetahuan teknis
Menurutnya, sales engineer harus bisa nyambung kalau diajak diskusi soal integrasi mesin, sistem kontrol, bahkan obrolan teknis lain. Ia tahu bahwa user dari kalangan engineer lebih tertarik pada sales yang bisa diajak ngobrol soal PLC, wiring diagram, atau regulasi industri. Kadang, mereka juga suka ngetes pengetahuan sales.
“Setidaknya, tahu harus jawab apa. Jangan sampai ditanya ‘fuse itu apa?’ lalu gelagapan jawabnya. Kadang itu cuma trik kecil dari user untuk menguji seberapa kompeten kita.”
Rasa percaya baru akan tumbuh ketika calon konsumen merasa bahwa sales benar-benar mengerti apa yang sedang dibicarakan. Kalau sudah begitu, lanjut dia, peluang deal makin besar, meski jadi atau tidaknya itu urusan rezeki Tuhan.
Itu sebabnya, seorang sales engineer juga wajib punya interpersonal skill yang baik dan bisa nyambung ngobrol apa saja. Misalnya, ia harus sabar menjadi pendengar yang baik keluh kesah soal mesin, produksi, bahkan gibahan kantor. Motto yang ia pegang: customer nyaman, orderan lancar.
Menarik sekaligus melelahkan
Ia tidak menganggap pekerjaannya sebagai passion, melainkan hanya menjalankan peran sesuai tanggung jawabnya. Meski demikian ia mengakui pekerjaan ini menarik, meskipun melelahkan. Kok bisa?
Alasannya, ia harus bertemu orang baru terus-menerus, menghafal nama-nama mereka, selalu tersenyum dan tertawa meski sedang sedih atau kesal, membaca mimik dan gestur tubuh lawan bicara. Itu semua melelahkan. Padahal, dirinya sebenarnya bukan orang yang sanggup memperhatikan hal-hal sedetail itu setiap waktu.
Hadirr Sales bantu kerja tim technical sales lebih efisien
Sales apa pun ujung-ujungnya berhadapan dengan manusia (pelanggan). Dan menangani pelanggan, dari menaklukkan dan menjaga hubungan jangka panjang, ternyata lebih rumit dan menguras energi dari sekedar menawarkan barang.
Namun dengan alat bantu yang tepat, seperti pipeline di aplikasi CRM online Hadirr Sales, proses penjualan bisa jadi lebih efisien, tanpa menghilangkan sentuhan personal. Tool ini memungkinkan tim sales membangun hubungan pelanggan sekaligus meningkatkan peluang closing penjualan. Omzet pun meningkat!
Selain itu, dengan Hadirr Sales, manajer bisa melacak aktivitas harian sales secara real-time, memantau kunjungan ke pelanggan lewat GPS tracking, dan merekam semua interaksi langsung dari aplikasi.
Manajemen pelanggan, input hasil kunjungan, dan pembuatan laporan otomatis juga akan membuat pekerjaan sales lapangan jadi lebih praktis dan rapi—nggak ada lagi catatan hilang atau laporan yang molor.
Jadi, dengan Hadirr Sales, kamu bisa:
- Memantau aktivitas sales lapangan secara real-time
- Melihat histori kunjungan, rute, dan meeting sales
- Kelola pipeline penjualan di satu aplikasi tanpa spreadsheet berantakan
- Memantau performa harian tim sales langsung dari dasbor
- Terintegrasi dengan sistem absensi online yang memudahkan mobilitas sales
Kerja sales memang penuh tantangan. Tapi dengan alat bantu yang tepat, tim kamu bisa fokus ke hal yang paling penting: closing dan membangun relasi.
Yuk, coba Hadirr Sales sekarang dan rasakan kemudahan mengelola tim penjualan di perusahaan kamu!