Suka Duka Menjadi Direct Sales

Suka Duka Menjadi Direct Sales

Menjadi direct sales bukan pekerjaan mudah—dan mungkin bukan impian banyak orang. Ada yang memulai dari bawah bekerja memikul beban dagangan dan beban batin. Ada pula yang terjun tanpa rencana, lalu terseret dalam arus target di dunia pekerjaan yang penuh tekanan. 

Dua sosok, dua cerita, tapi punya satu benang merah: menjadi sales itu bukan sekadar kerja, tapi perjalanan hidup yang mengasah mental dan membangun kesabaran. Menjadi sales bukan hanya dituntut mengejar target, tetapi juga memahami pelanggan demi hubungan jangka panjang. Simak ceritanya!

“Tersesat” di jalan yang benar sebagai direct sales

cara membuat SOP bisnis kunjungan sales

Ikhrom awalnya tidak pernah sama sekali kepikiran menjadi seorang sales. Namun, seiring waktu ia justru jatuh cinta pada pekerjaan yang ditekuninya dan malah merasa bangga.

“Saya merasa seperti tersesat di jalan yang benar,” begitu ia menggambarkan pengalaman menjadi sales sebagaimana ia tulis di laman media sosial LinkedIn.

Semuanya dimulai saat ia masih menjadi asisten direct sales produk FMCG. Posisi sebagai sales kanvas keliling itu membawanya belajar langsung dari lapangan, mulai dari hal-hal teknis hingga memahami ritme kerja seorang sales. 

Keliling dari toko ke toko

Pekerjaannya kala itu beragam, dari memuat barang ke mobil, melakukan stock opname di awal dan akhir hari, mencuci mobil operasional, menurunkan produk di toko pemesan, membantu menata display, hingga mengecek tanggal kadaluarsa barang. Lengkap, pokoknya!

Apa masalah terberatnya? Saat menuju toko berada jauh di dalam gang sempit yang tidak bisa dimasuki mobil. Mau tak mau, ia harus memikul sendiri barang pesanan, berjalan kaki sampai ke lokasi toko tujuan. Berat? Iya. Tapi, tidak ada pilihan lain.

Dari pengalaman itu, ia kemudian naik menjadi sales motoris. Pekerjaannya lebih mudah, karena membawa produk di saddle bag motor dan menawarkan keliling dari satu toko ke toko lainnya. Area penjualannya bisa dijelajahi semua. Nggak perlu lagi jalan kaki di dalam gang.

Namun, tantangan utamanya adalah cuaca. Di musim hujan, ia harus ekstra hati-hati agar barang yang dibawa tidak rusak atau basah. Tak jarang ia harus membungkus produk dengan plastik besar agar tetap aman.

Dari sales ke supervisor

Kerja keras dan konsistensinya sebagai direct sales door to door berbuah manis. Hanya dua bulan setelah menjadi sales motoris, ia dipromosikan menjadi lead atau supervisor. Semua itu berkat pencapaiannya yang luar biasa sebagai sales terbaik nasional selama beberapa periode berturut-turut.

Saat menjadi lead pun, ia dan timnya terus mencatatkan prestasi, mulai dari penghargaan tim berkinerja terbaik hingga keberhasilan membina anggota timnya meraih gelar sales terbaik dan mendapat promosi. Baginya, menjadi pemimpin yang mampu mencetak pemimpin baru adalah kebanggaan tersendiri.

Bukan hanya insentif yang membuat profesi sales menarik. Menurutnya, menjadi sales adalah jalan untuk belajar banyak hal, memperluas koneksi, dan tumbuh secara pribadi maupun profesional. 

Ia juga menambahkan bahwa lowongan sales selalu terbuka lebar, karena hampir semua perusahaan membutuhkan tim penjualan sebagai ujung tombak bisnis. Dan, ia membuktikan bahwa menjadi sales bisa jadi keputusan terbaik dalam hidupnya, meski awalnya tidak pernah ia cita-citakan.

Baca juga: 7 Jenis Sales dan Perannya untuk Meningkatkan Penjualan

Direct sales: pekerjaan penuh tekanan dan kelucuan

Banner Monitor Sales Lapangan Tanpa Repot

Kisah berbeda datang dari Nova, seorang sales TO (taking order). Sales, menurut dia, sering diremehkan orang. Pekerjaannya penuh tekanan, tapi juga banyak penghasilan. Selain gaji dan bonus, ada keuntungan lain yang diperoleh sales.

“Kebanyakan orang memandang sales sebelah mata. Pokoknya, di mata calon mertua, sales itu termasuk hina. Padahal sebenarnya banyak cuannya,” katanya seperti ia ceritakan di Kaskus.

Sebagai sales TO, pekerjaannya cuma bawa katalog produk dan nawarin ke toko, kios pasar, dan supermarket. Ia menerima dan mencatat pesanan—jumlah dan jenis barang—sementara pengiriman barang dilakukan terpisah. 

Pernah diusir pemilik toko

Pengalaman menyedihkan pertamanya adalah pernah diusir. Baru saja parkir motor dan taruh helm, ia langsung ditolak mentah-mentah oleh pemilik toko. Menurutnya, ini fakta yang nggak akan dipahami orang lain bahwa jualan itu susah-susah gampang. 

“Baru bilang ‘permisi’, emak-emak pemilik toko langsung bilang ‘enggak Mas’, bahkan belum sempat menawarkan barang,” katanya.

Orderan lancar tapi tagihan seret

Masalah lainnya adalah tagihan yang sulit. Saat ia menawarkan produk, banyak toko yang pesan dalam jumlah besar. Namun, saat penagihan order, pembayarannya pada mundur. Selalu ada aja alasannya—uangnya belum ada, disuruh balik lagi lain hari, dan malah ada yang sampai ngumpet kayak menghindari debt collector.

Jadi sales, menurut dia, bukan hanya modal pinter ngomong, tapi juga nggak kalah penting adalah punya kesabaran ekstra.

Menanggung piutang gagal bayar

Nah, ini risiko paling pahit. Perusahaannya nggak mau tahu kondisi pelanggan yang memesan barang. Kalau sampai nggak mampu bayar—apa pun penyebabnya, apakah pemilik toko sengaja kabur atau karena force majeur, misalnya toko kebakaran—maka piutang tersebut harus ditanggung sales bersangkutan.

Ia sendiri pernah menanggung piutang Rp4 juta karena pemilik toko nggak bisa bayar tagihan akibat sakit parah dan jatuh miskin, sampai banyak sales lain yang juga datang ke rumahnya karena pembayarannya macet. Ia harus rela mencicil ke perusahaan.

“Jadi tiap kali gajian dipotong untuk bayarin piutang perusahaan yang tak terbayar di toko tersebut,” kenangnya.

Baca juga: Sales vs Business Development : Apa Saja Perbedaannya?

Dapat uang palsu dan recehan

Tak jarang sales, termasuk dirinya, mendapat uang palsu. Biasanya ini diperoleh saat transaksi di kios-kios di pasar yang tidak punya alat pengecek uang. Ia baru menyadari saat setoran ke kantor, ternyata ada uang palsu di antara puluhan juta di kantongnya. Nggak ada pilihan lain selain harus mengganti dengan uang pribadinya.

Selain itu, pengalaman lucu lainnya adalah menerima uang recehan sebesar Rp6 juta dalam bentuk koin Rp500 dan Rp1.000. Bukan cuma berat bobotnya, ia bahkan malas menghitungnya—langsung diterima aja. Setelah sampai kantor baru dihitung, dan ternyata kurang. Nombok lagi!

Selalu cemas dan merasa nggak aman

Ia sering merasa nggak tenang di jalan karena membawa uang hasil tagihan puluhan juta rupiah. Meski ia nggak sampai mengalami kejadian buruk, tetapi ia tahu beberapa sales lain pernah dibegal penjahat di tengah jalan, setelah ditandai dan diikuti.

“Di jalan sendirian, bawa uang banyak, ini yang bikin was-was,” ujarnya.

Hidup dalam tekanan target dan lingkungan fake

Baginya, menjadi sales itu tiap hari hanya mikirin target dan target—sampai kepala terasa mau “pecah”. Apalagi punya supervisor yang “horor”, suka nyindir atau banding-bandingin dengan sales lain yang sudah tembus target saat meeting. Mereka nggak mau tahu gimana caranya, pokoknya harus capai target!

Ia juga mengalami pertemanan palsu dan penuh intrik di tempat kerja. Rekan kerjanya sesama sales bersaing keras untuk naik jabatan, bahkan dengan cara-cara nggak fair di belakang, seperti menjilat bos. Sampai-sampai nggak ada teman yang bisa dipercaya.

Direct sales banyak cuannya

Di balik itu semua, ia mengakui bahwa pekerjaannya sebagai sales TO menghasilkan banyak cuan. Selain memperoleh gaji dan bonus target, ia juga dapat selisih harga diskon barang dari perusahaan untuk pengambilan barang dengan nilai tertentu.

Dan ternyata, potongan harga itu masuk ke kantong pribadi sales. Dan jumlahnya nggak kecil, bisa sampai puluhan juta!

Baca juga: 10 Aplikasi Sales Lapangan Terbaik yang Harganya Terjangkau

Hadirr Sales, aplikasi direct sales untuk optimalkan omzet

Menjadi direct sales di lapangan bukan sekadar soal jualan produk. Ada begitu banyak hal yang harus dijaga—disiplin, presensi, akurasi, dan tentu saja, waktu. Tantangan seperti lupa absen, lupa check-in kunjungan, rute yang tidak efisien, hingga laporan yang tercecer kerap membuat performa tim menurun. 

Contoh Sales Pipeline Hadirr
Aplikasi Hadirr Sales

Untungnya, sekarang ada Hadirr Sales, aplikasi sales canvassing digital yang dirancang khusus untuk memudahkan kerja tim sales lapangan. Hadirr Sales siap jadi partnermu—dari pelacakan aktivitas harian sampai pelaporan yang rapi. Semuanya otomatis dan efisien.

Dengan fitur client visit berbasis GPS, setiap kunjungan sales terekam dan terdokumentasi secara akurat. Nggak ada lagi cerita “salah alamat” atau absen fiktif. Posisi tim sales bisa dilacak dan dipantau real-time di dasbor, sehingga manajer bisa memastikan efektivitas rute dan menghindari tumpang tindih area.

Hadirr Sales juga merupakan aplikasi mobile CRM. Selain memudahkan lapor kehadiran serta kelola jadwal kunjungan dan histori klien, sales juga bisa melihat daftar prospek, status follow-up, serta riwayat komunikasi langsung dari aplikasi. Jadi, hubungan dengan pelanggan bisa dibangun secara konsisten tanpa ada yang terlewat. Ini penting untuk menjaga loyalitas dan mendorong repeat order.

Soal laporan harian? Nggak perlu bikin manual di akhir hari. Fitur laporan otomatis Hadirr Sales merekam setiap aktivitas sales langsung dalam bentuk data yang siap ditarik kapan saja. Supervisor pun bisa memantau performa tim dan mengambil keputusan lebih cepat—semua tanpa ribet, tanpa Excel tambahan.

Jika kamu ingin tim sales yang lincah, rapi, dan bisa fokus pada hal-hal strategis, Hadirr Sales adalah dukungan teknologi cerdas. Coba aplikasi ini sekarang dan bangun tim kamu lebih produktif!

Coba Hadirr Sekarang

Author

Ari Susanto

Experienced writer with more than 10 years writing experience on business topics, HR, industrial relations and much more.

Latest Posts by Ari Susanto:

Related Post