Plus Minus Sebagai Freelancer
Banyak orang membayangkan dunia freelancer sebagai pekerjaan impian: bebas menentukan waktu kerja, bisa bekerja dari mana saja, dan punya kebebasan yang tidak dimiliki pekerja kantoran pada umumnya. Itu sisi enaknya pekerja lepas.
Nggak enaknya? Juga banyak! Gaji freelancer itu nggak tetap. Pas banyak proyek gede, ya bisa dapat gede—apalagi yang punya klien asing—tapi pas lagi sepi job ya nganggur. Mirip rollercoaster!
Seperti kata pepatah bahwa setiap pilihan selalu ada konsekuensinya. Kisah nyata para freelancer menunjukkan bahwa perjalanan ini penuh liku, perjuangan, sekaligus pembelajaran yang membentuk karakter dan profesionalisme. Yuk, simak ceritanya!
Awal menjadi freelancer yang penuh ketidakpastian
Lenny Lim, seorang travel blogger, membagikan pengalamannya menjalani kerja freelance setelah berhenti dari pekerjaannya sebagai karyawan swasta. Ternyata menjadi pekerja lepas itu mudah dan penuh tantangan. Dari berbagai situs lowongan kerja yang dia cari, hanya sedikit yang menawarkan pekerjaan lepas sesuai kriterianya.
Ia mencoba mendaftar di platform freelance populer seperti Freelancer.com dan Projects.co.id. Ternyata, mendapatkan pekerjaan lepas itu nggak gampang. Proyek yang ditawarkan mungkin cukup banyak, tetapi persaingan antar-freelancer juga sangat ketat—terutama soal rate.
Ia mengaku kesulitan mendapatkan proyek karena banyak freelancer yang banting harga demi memenangkan job. Bahkan untuk pekerjaan besar, ada yang menawar hanya Rp 100.000 saja.
Suatu kali, Lenny mendapatkan proyek entri data dengan bayaran Rp 3.000 per entri, yang kemudian naik menjadi Rp 5.000 setelah negosiasi. Namun, total penghasilannya hanya sekitar Rp 150.000 sebulan karena tidak setiap hari ada data yang harus diinput. Ngenes!
Baca juga: Timesheet Pekerja Lepas: Jenis, Manfaat, dan Contohnya
Nggak dapet proyek, nggak dapat duit
Selain itu, pekerjaan ini menuntutnya untuk selalu online dan siap merespon data masuk kapan saja. Lenny menyadari bahwa kerja freelance tidak sesantai yang dibayangkan.
“Kalau dulu kerjaan hari ini sudah jelas dan akhir bulan tetap dapat gaji, sekarang kalau nggak dapat proyek, ya nggak dapat duit,” ujarnya seperti diceritakan di blog pribadinya len-diary.com.
Ia harus menjalankan banyak peran sekaligus: penulis, akuntan, public relation, editor, dan manajer untuk dirinya sendiri. “Intinya, sekarang harus pintar ‘jual diri’, bukan lagi mengandalkan nama besar tempat kerja dulu,” tambahnya.
Meski begitu, Lenny merasa senang karena bisa lebih fleksibel mengatur waktu dan melakukan hal-hal yang dulu sulit dilakukan saat kerja kantoran, seperti bertemu teman lama, perawatan diri, dan jalan-jalan—work-life balance yang sesungguhnya. Ia juga sempat menang kuis liburan ke Singapura yang menjadi semacam “uang pesangon” tak terduga.
Lenny menekankan pentingnya membangun jaringan (networking) untuk bertahan sebagai freelancer. Semakin luas jaringan, semakin banyak peluang kolaborasi yang bisa didapat. Ia juga berbagi tips untuk yang ingin beralih ke freelance, seperti membangun brand pribadi dan portofolio yang kuat.
Freelancer lebih fleksibel, tapi penghasilan naik-turun
Sama dengan Lenny, Zizy Damanik memulai perjalanan sebagai freelancer setelah berhenti dari pekerjaannya sebagai karyawan. Ia terpaksa harus mengambil keputusan besar setelah startup tempatnya bekerja kolaps.
Dari pekerja kantoran dengan ritme yang teratur dan gaji bulanan stabil, tiba-tiba Zizy harus menghadapi pekerjaan dan penghasilan yang serba nggak pasti. Naik turun, ada dan tiada.
Awalnya Zizy masih ragu, karena baru memulai pekerjaan bebas pada usia 40-an. “Apakah masih bisa bersaing di era digital, bagaimana jika tidak ada klien, dan bagaimana menghadapi penghasilan yang tidak menentu,” begitu ia ceritakan di blognya tehsusu.com.
Zizy mengakui bahwa ia harus menyesuaikan diri dan terus belajar teknologi baru dan skill freelancer. Untungnya, ia sebelumnya punya pengalaman bekerja di perusahaan telco, jadi nggak ketinggalan banget soal teknologi. “Saya masih bisa keep up, menemukan mana yang perlu saya pakai dan perdalam dan mana yang tidak perlu,” ujarnya.
Selain adaptasi teknologi, validasi diri juga menjadi tantangan. Zizy sempat mempertanyakan kemampuannya bersaing di dunia kerja yang bergerak cepat. Apalagi usianya yang telah kelewat matang kerap mendapat stigma kemampuan yang menurun. Padahal, ia justru merasakan bahwa pengalaman dan intuisi semakin tajam di usia segitu.
Dukungan dari keluarga, terutama anaknya, menjadi kekuatan besar bagi Zizy. “Anak saya cukup mengerti apa yang saya kerjakan, dan menghargai waktu dan ruang yang saya butuhkan. Itu sudah cukup besar artinya bagi saya.”
Baca juga: Aturan dan Gaji Pekerja Harian Lepas
Nggak ada bos yang memarahi
Di awal, Zizy sempat mencoba menawarkan semua keahliannya, mulai dari membuat social media playbook, content strategist, mengedit video, hingga audit SEO dan menulis konten SEO. Namun, ia kemudian menyadari bahwa fokus pada kekuatan utama lebih memberi hasil ketimbang menyebar energi ke banyak hal.
Hal lainnya adalah tentang menjaga semangat. Tidak ada atasan, nggak ada bos yang memarahi, tapi juga tidak ada yang menyemangati. Jadi, Zizy harus menciptakan sistem motivasi saya sendiri: dari secangkir kopi pagi, playlist musik favorit, sampai menulis jurnal syukur tiap minggu. Hal-hal kecil ini yang menjaganya tetap stabil.
Ia juga belajar menerima ketidakpastian penghasilan freelancer yang naik turun. “Ada bulan sibuk, ada bulan sepi. Tapi kuncinya adalah bagaimana mengelola keuangan dengan bijak, agar semuanya tetap bisa dilalui. Di titik ini, saya merasa lebih damai karena tidak tergantung pada satu sumber pendapatan,” katanya.
Dalam menjalani profesinya, Zizy mengaku bahwa komunikasi dengan klien sangat penting untuk menjaga kepercayaan dan kelancaran proyek. Ia juga mengakui bahwa kerja freelancer sering kali membuatnya merasa sendiri, namun dukungan keluarga dan teman menjadi sumber motivasi yang besar.
Illustrator freelancer dibayar dollar
Cerita yang sama dialami Ahmad Rizal yang tinggal di Wonogiri. Ia memutuskan untuk beralih profesi dari staf IT menjadi illustrator freelancer sejak 2016. Keputusan ini diambil setelah terinspirasi oleh banyak teman di Yogyakarta yang sukses hidup sebagai freelancer.
“Banyak sekali yang hanya bekerja freelance dan masih bisa hidup. Dan kalau dilihat, mereka malah lebih sukses,” ujarnya seperti dikutip media lokal Espos.
Ahmad memulai dari nol, membangun portofolio di website dan kemudian di Instagram agar mudah dilihat calon klien. Untuk mendapatkan klien, Ahmad aktif di platform Upwork, Fiver, dan 99designs, di mana ia membuka “lapak” digital sebagai etalase karya.
Awalnya, Ahmad hanya menggambar di kertas dan memindai di warnet. Seiring dengan meningkatnya penghasilan, ia sudah menggunakan pen tablet, Macbook Pro, dan iPad yang ia upgrade secara bertahap.
Ahmad sering mengerjakan maskot, logo, sketsa wajah, dan desain kaos, ilustrasi poster, album band, dan pamflet. Ia menggunakan aplikasi seperti Corel Draw, Photoshop, Procreate, dan Clip Studio Paint untuk bekerja.
Jam kerja freelancer bisa lebih panjang
Ahmad bisa bekerja lebih dari delapan jam sehari, bahkan tak jarang menerima order tengah malam dan harus menyelesaikan pesanan dalam satu hari. “Kadang saya mulai jam 10 pagi sampai tengah malam, bahkan ada order yang datang jam 1 pagi,” ujarnya.
Keuntungan utama menjadi freelancer bagi Ahmad adalah fleksibilitas waktu kerja dan kedekatan dengan keluarga. Jika ada keperluan mendadak, ia bisa langsung menyesuaikan jadwalnya. Ia menikmati kebebasan memilih proyek sesuai waktu kerja yang diinginkan.
Dari sisi pendapatan, Ahmad mengaku penghasilan sebagai freelancer lebih baik dibanding saat menjadi karyawan. Apalagi jika mendapat klien dari luar negeri.
Ia biasanya mengerjakan 10 sampai 15 gambar per bulan dengan rata-rata penghasilan Rp5 juta hingga Rp6 juta. Untuk klien luar negeri, tarifnya bisa mencapai $150 AS per pesanan, sedangkan klien lokal dikenakan Rp700.000 hingga Rp1 juta.
Pentingnya manajemen waktu dan pelaporan kerja
Para pekerja lepas menerima fee sebagai upah atau imbalan. Upah freelancer berbasis proyek atau upah satuan hasil. Pekerjaannya nggak lagi diukur dari waktu kerja harian, jadi bebas dilakukan kapan saja. Perusahaan atau klien biasanya hanya menetapkan deadline pengerjaan, tidak mengatur jam kerjanya dengan ketat.
Meski begitu, klien tetap bisa memantau pekerjaan yang diserahkan ke freelancer. Yang paling sederhana menggunakan spreadsheet dan semacamnya yang bisa diisi manual. Tapi, kalau mau lebih akurat, kamu bisa menggunakan timesheet online Hadirr sebagai aplikasi freelancer.
Misalnya, kamu ingin tahu progres pekerjaan—sudah seberapa jauh, apakah akan selesai sesuai deadline, atau apakah ada kendala—maka kamu bisa melacak dari catatan timesheet karyawan.
Ini contohnya:
- Timesheet hari Senin, 26 Mei, pitching beberapa ide desain
- Timesheet hari Rabu, 28 Mei, mengerjakan outline desain yang dipilih klien
Hadirr timesheet ini membantu freelancer fokus pada pekerjaan tanpa perlu membuat laporan update proyek yang sedang dikerjakannya. Jadi, pekerja lepas bisa lebih produktif, bekerja sesuai jam kerja yang paling nyaman baginya, namun klien masih bisa memantau progres dari waktu ke waktu.
Nah, kelebihan timesheet online Hadirr adalah real-time. Ini berbeda dengan pencatatan manual yang bisa diisi kapan saja. Karena itu, selain untuk freelancer, Hadirr juga cocok untuk tim karyawan remote yang bekerja berdasarkan jam. Kamu bisa pantau aktivitas harian mereka lebih detail dan waktu yang dihabiskan.
Dengan Hadirr, kamu bisa mengelola karyawan remote, tim lapangan (sales), dan freelancer dengan cara:
- Memonitor waktu kerja secara real-time dan minim kecurangan
- Memudahkan karyawan maupun freelancer membuat laporan kerja yang mudah dipantau oleh klien atau manajer
- Mengelola absensi dan cuti dengan sistem yang terintegrasi untuk karyawan remote dan tim lapangan
- Memudahkan koordinasi dan kolaborasi kerja jarak jauh
- Memudahkan proses reimbursement lewat aplikasi
Yuk, cobain Hadirr sekarang! Nggak cuma absensi digital biometrik dan timesheet online, ada juga fitur mobile CRM yang berguna banget buat mendukung tim penjualan kamu.