just in time inventory

Just in Time Inventory (JIT): Pengertian, Cara Kerja, Manfaat, Risiko, dan Contoh Penerapannya

Just in Time Inventory (JIT) adalah salah satu konsep manajemen persediaan paling berpengaruh dalam sejarah modern. Metode ini dipopulerkan oleh Toyota dan kemudian diadopsi di seluruh dunia karena terbukti mampu meningkatkan efisiensi operasional, menekan biaya, dan mempercepat proses produksi.

Namun, JIT bukan sekadar mengurangi stok, melainkan juga filosofi operasional yang menghubungkan supplier, proses internal, dan permintaan pelanggan dalam ritme yang sangat sinkron. 

Untuk memahami JIT secara utuh, kamu butuh melihat bagaimana sistem ini bekerja dari hulu ke hilir. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Apa Itu Just in Time Inventory (JIT)?

Just in Time Inventory (JIT) adalah metode manajemen persediaan di mana barang hanya dipesan dan diterima sesuai kebutuhan produksi atau permintaan pasar, bukan disimpan dalam jumlah besar. Dengan kata lain, JIT membuat bisnis “sering restock dalam jumlah kecil” daripada menumpuk stok besar untuk waktu lama.

Konsep ini bertujuan menciptakan operasi yang ramping (lean), mengurangi pemborosan, dan memastikan bahwa perusahaan tidak mengikat modal terlalu besar pada persediaan. Karena itulah JIT sangat menarik bagi banyak industri, terutama yang sensitif terhadap biaya gudang atau risiko barang kedaluwarsa.

Dalam praktiknya, JIT menuntut tingkat koordinasi dan keakuratan data yang tinggi. Bisnis harus mampu memperkirakan permintaan dengan baik, berkomunikasi cepat dengan supplier, dan memiliki proses internal yang efisien agar tidak terjadi kekurangan barang (stockout).

Baca Juga: 7 Kartu Kredit dengan Miles Terbaik, Business Trip Lebih Hemat!

Sejarah Singkat Sistem JIT

JIT berakar dari Toyota Production System (TPS) yang dikembangkan pada tahun 1960-1970-an. 

Pada saat itu, Toyota menghadapi keterbatasan modal, ruang, dan bahan baku, sehingga mereka harus menemukan cara bekerja seefisien mungkin. 

Solusi mereka adalah menghilangkan pemborosan (“muda”) dan membuat aliran produksi yang hanya bergerak ketika ada permintaan.

Strategi ini ternyata tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga meningkatkan kualitas produksi.

Ketika stok minimum, kesalahan lebih cepat terlihat, dan perbaikan dapat dilakukan segera. Hal inilah yang membuat JIT menjadi ciri khas produksi Jepang yang terkenal presisi.

Setelah sukses di industri otomotif, JIT kemudian diadopsi oleh perusahaan global seperti Dell, McDonald’s, Nike, hingga Amazon. 

Masing-masing mengadaptasi prinsipnya sesuai kebutuhan, tetapi tujuannya tetap sama: mengirimkan produk tepat waktu, dalam jumlah tepat, dan dengan biaya serendah mungkin.

Bagaimana Just in Time Inventory Bekerja?

Agar JIT berjalan efektif, beberapa komponen sistem harus terhubung dan bekerja selaras.

1. Forecasting permintaan yang presisi

JIT sangat bergantung pada prediksi permintaan yang akurat. Jika perkiraan terlalu tinggi, stok bisa menumpuk. 

Jika terlalu rendah, produksi berhenti karena kekurangan bahan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengandalkan data historis, tren musiman, dan insight pasar real-time agar keputusan pemesanan lebih tepat.

Bisnis yang memiliki pola permintaan stabil (misalnya kebutuhan harian atau produk fast-moving) umumnya lebih mudah menjalankan JIT dibanding bisnis yang fluktuatif. 

Tanpa forecasting kuat, JIT justru menjadi sumber risiko baru.

2. Supplier yang responsif dan andal

Proses JIT menuntut suplai datang tepat waktu, sering kali dalam interval kecil dan terjadwal.

Artinya, hubungan dengan supplier harus lebih dekat daripada sekadar hubungan jual beli biasa. 

Banyak perusahaan yang sukses menerapkan JIT bahkan membangun sistem integrasi dengan supplier, seperti berbagi data permintaan atau menghubungkan sistem inventory.

Jika supplier tidak konsisten, JIT sulit berjalan. Keterlambatan satu hari saja berpotensi menghentikan seluruh rantai produksi.

3. Proses internal yang ramping dan efisien

JIT hanya berhasil jika perusahaan memiliki alur operasional yang minim hambatan. Proses produksi harus cepat beradaptasi dengan perubahan permintaan. Setiap elemen mulai dari pembelian, produksi, QC, hingga distribusi harus berjalan tanpa tumpang tindih.

Sering kali, perusahaan yang menerapkan JIT juga menerapkan kaizen (perbaikan terus-menerus), 5S, dan sistem visual management agar proses tetap disiplin.

Baca Juga: Pilih Bisnis Retail Franchise vs Mandiri? Ini Plus Minusnya

Manfaat Just in Time Inventory

1. Biaya penyimpanan turun drastis

Dengan minim stok, perusahaan tidak perlu lagi menghabiskan anggaran besar untuk gudang, rak penyimpanan, pendingin, atau asuransi. 

Biaya tenaga kerja juga berkurang karena aktivitas pengelolaan stok menjadi lebih sederhana.

2. Modal kerja (cash flow) jadi lebih sehat

Stok besar berarti modal perusahaan “mengendap” dalam bentuk barang. 

JIT membebaskan modal tersebut sehingga bisa digunakan untuk hal yang lebih produktif seperti pemasaran, ekspansi, atau inovasi. Ini sangat penting untuk bisnis yang pertumbuhannya agresif.

3. Risiko produk rusak, kedaluwarsa, atau usang menurun

Semakin lama barang disimpan, semakin besar risiko kerusakan. Pada industri seperti makanan, elektronik, hingga fashion, hal ini bisa menimbulkan kerugian besar. 

Dengan JIT, barang bergerak cepat sehingga risiko tersebut jauh lebih kecil.

Risiko dan Tantangan JIT

1. Ketergantungan besar pada supplier

Jika supplier mengalami keterlambatan, seluruh rantai produksi bisa terhenti. Oleh karena itu, perusahaan dengan JIT sering memiliki 2–3 supplier cadangan atau menuntut pemasok berada dalam radius tertentu.

2. Tidak cocok untuk bisnis dengan permintaan penuh kejutan

Jika permintaan naik mendadak, perusahaan bisa kewalahan karena stok sangat minim. 

Salah satu cara mengurangi risiko ini adalah hybrid model: menggabungkan JIT dengan safety stock kecil untuk item tertentu.

3. Rentan terhadap gangguan eksternal

Gangguan seperti cuaca ekstrem, krisis logistik, pandemi, atau gangguan transportasi internasional dapat menghentikan suplai. 

Banyak perusahaan mengevaluasi ulang model JIT selama pandemi COVID-19 karena suplai global terganggu.

Contoh Penerapan Sistem JIT di Berbagai Industri

1. Manufaktur otomotif

Toyota dan Honda menggunakan JIT untuk memastikan komponen tiba hanya beberapa jam sebelum digunakan di lini produksi, sehingga menurunkan biaya inventaris jutaan dolar per tahun.

2. Restoran dan bisnis F&B

Restoran membeli bahan segar setiap hari untuk menjaga kualitas dan mengurangi waste.

Dengan JIT, mereka tidak perlu menyimpan banyak bahan yang mudah rusak.

3. E-commerce dan ritel kecil

Bisnis online sering bekerja sama dengan supplier atau gudang pihak ketiga untuk menjalankan JIT mini: stok kecil, pengisian cepat, dan rotasi barang tinggi.

4. Industri elektronik

Komponen elektronik cepat mengalami penurunan nilai. Dengan JIT, perusahaan menjaga stok minimum agar tidak menanggung risiko teknologi usang.

Perbedaan JIT dengan Metode Inventory Lainnya

Sistem InventoryFokus UtamaCocok UntukKekurangan
JITMinim stok & suplai cepatPermintaan stabil, supplier dekatSangat sensitif terhadap keterlambatan
EOQJumlah pemesanan optimalBisnis dengan permintaan konsistenMasih butuh stok lebih besar dari JIT
Safety StockCadangan stokProduk penting yang tidak boleh habisMembutuhkan gudang lebih besar
Just in Case (JIC)Stok melimpah untuk berjaga-jagaBisnis risiko tinggiBiaya penyimpanan besar

Baca Juga: Automasi Bisnis, Ini 5 Tools AI Andalan Business Owner 2025

Bagaimana Digitalisasi Membantu JIT Berjalan Lebih Stabil?

JIT bergantung pada data yang akurat dan respons cepat. Sistem manual hampir mustahil mendukung JIT karena human error mudah terjadi.

Dengan digitalisasi sistem inventory untuk bisnis seperti Paper, bisnis bisa:

  • mencatat stok keluar-masuk secara otomatis,
  • melacak inventaris real-time per lokasi,
  • mempermudah proses PO dan pembayaran supplier,
  • memastikan dokumen pembelian rapi untuk audit,
  • menjaga cash flow tetap sehat dengan metode pembayaran fleksibel seperti PaperPay Out & PaperCard.

Sistem terintegrasi menjadi fondasi JIT modern yang lebih aman dan stabil. Kamu bisa mencobanya dengan klik di sini.

Nah, itulah penjelasan tentang Just in Time Inventory. Seperti yang sudah dibahas, Just in Time Inventory merupakan strategi persediaan yang bekerja sangat efisien ketika dijalankan dengan benar. Ia bisa menurunkan biaya, mempercepat rotasi barang, dan meningkatkan kesehatan cash flow. 

Namun, JIT juga memiliki risiko besar ketika forecasting tidak akurat atau supplier tidak konsisten.

Kuncinya adalah koordinasi, data real-time, dan sistem yang terintegrasi. Jika belum menerapkan sistem kerja ini dalam operasional bisnismu, inilah saatnya yang tepat untuk memulai.

*Artikel ini hasil kerja sama antara Hadirr dan Paper

Related Post