Cara Menghitung Conversion Rate
Pernah merasa mentok dengan omzet? Strategi marketing sudah maksimal, tapi penjualan masih seret. Biasanya, masalahnya bukan di seberapa banyak orang yang melihat produk kamu, tapi seberapa banyak mereka yang take action. Jadi, ini lebih ke masalah conversion rate atau angka konversi.
Conversion rate itu seperti jantungnya strategi digital marketing–sales yang perlu diukur setiap saat. Sebab ia menjadi indikator yang menunjukkan seberapa sehat kondisi penjualan di perusahaan kamu.
Artikel ini akan membantu mengenali jenis conversion rate, cara mengukur, dan mengoptimalkannya. Yuk, simak sampai akhir!
Apa itu conversion rate?
Conversion rate adalah metrik yang mengukur seberapa efektif strategi penjualan berhasil mengubah lead atau prospek menjadi pelanggan baru. Ini bisa berupa persentase orang yang melakukan tindakan tertentu—yang mengarah ke arah pembelian—dari total orang yang melihat produk atau menjadi sasaran kampanye dan sales pitch.
Tindakan (action) yang mengubah lead menjadi customer bisa bermacam-macam, seperti langsung membeli produk, mengisi form pemesanan, mendaftar demo produk, atau mengklik tombol CTA di artikel blog.
Conversion rate sebenarnya berhubungan dengan sales funnel yang menggambarkan perilaku dan perjalanan calon pelanggan dari satu tahap ke tahap selanjutnya—awareness, interest, decision, action, dan purchase.
Perjalanan calon pelanggan dimulai dari impresi, lead, dan customer. Tiap tahap bisa dihitung angka konversinya. Misalnya, berapa orang yang mengklik iklan kita dan masuk ke website; lalu berapa yang yang menunjukkan ketertarikan, menghubungi kontak, mendaftar demo; dan berapa yang akhirnya melakukan pembelian.
Nah, ini semua bisa dilacak dan diukur secara otomatis menggunakan Google Analytics, Ads Manager, atau aplikasi CRM.
Pentingnya conversion rate
Sebenarnya conversion rate bukan cuma angka, tapi juga merupakan sinyal seberapa sukses tim kamu bikin audiens bergerak dari sekadar lihat menjadi beli. Atau dari rasa penasaran jadi pelanggan!
Angka konversi juga menjadi data penting yang berguna untuk banyak hal, di antaranya:
a. Mengukur return on investment (ROI)
Mau tahu iklan kamu beneran cuan atau cuma buang anggaran? Nah, conversion rate ini bisa kasih kamu gambaran berapa rupiah yang kamu keluarkan vs berapa banyak aksi (dan uang) yang kamu dapat.
Kalau angka konversinya tinggi, artinya kampanye kamu efisien dan layak dilanjutkan. Tapi, kalau rendah, berarti kamu perlu ubah strategi.
b. Mengukur kinerja website
Website sejatinya bukan sekadar etalase digital, tetapi sebuah mesin konversi untuk mengubah lead ke customer. Conversion rate bisa mengindikasikan apakah website kamu udah oke untuk menjalankan fungsinya?
Jika angka konversi tetap rendah, bisa jadi ada masalah dengan kinerja website. Misalnya, CTA yang kamu buat kurang jelas, pengunjung bingung, landing page terlalu panjang dan nggak meyakinkan, atau karena hal lainnya.
c. Mengoptimasi kampanye berbasis data
Angka konversi bisa menjadi basis pengambilan keputusan strategis agar lebih efisien dan tepat sasaran. Nggak perlu buang-buang uang dan waktu!
Contohnya, kamu bisa membandingkan kinerja antar kanal marketing (iklan, email, SEO) dan melakukan A/B testing CTA dan konten. Berdasarkan hasil itu, kamu bisa fokus ke kanal dengan konversi paling tinggi.
d. Mengevaluasi strategi sales dan marketing
Conversion rate itu ibarat alat ukur efektifitas. Jadi, dengan menghitung angka konversi, kamu bisa tahu dampak strategi tim marketing dan sales kamu terhadap penjualan—apakah benar efektif atau hanya ramai di permukaan saja dan nggak sampai masuk funnel.
Jadi, bisa dibilang kalau angka konversi penjualan itu seperti nilai rapor gabungan dari tim marketing dan sales. Misalnya, kalau lead banyak tapi yang closing sedikit, bisa jadi tim marketing dapat lead yang kurang berkualitas, atau bisa juga pendekatan follow-up tim salesnya kurang mengena.
e. Data untuk forecasting
Angka konversi yang stabil bisa menjadi dasar untuk memperkirakan penjualan dan memprediksi revenue. Data ini juga membantu menentukan seberapa banyak visit untuk target closing, serta menghitung budget untuk biaya marketing lebih akurat.
Baca juga: Cara Menentukan Metrik Penjualan untuk Mengukur Kinerja Sales
Cara menghitung conversion rate
Conversion rate tidak cuma satu jenis, tapi ada beberapa. Setiap jenis konversi mengukur tahapan yang berbeda dalam sales funnel, dengan insight yang berbeda pula. Ini dia beberapa jenis conversion rate dan cara hitungnya!
1. Click-through conversion rate (CTR)
Sebenarnya ini bukan angka konversi murni. CTR adalah metrik yang mengukur berapa banyak orang yang mengklik iklan atau tautan dari total impression (jumlah tayangan). CTR ini hanya menggambarkan seberapa efektif strategi iklan menarik orang masuk ke website atau landing page. Jadi, CTR berada di luar funnel.
CTR = (Jumlah klik / Jumlah tayangan) x 100%
Misalnya, iklan kamu muncul di layar 1.000 orang dan mendapatkan 100 klik ke landing page, maka CTR-nya adalah 10 persen.
2. Lead conversion rate
Metrik ini paling sering dipakai digital marketer. Conversion rate marketing ini mengukur berapa banyak pengunjung website atau landing page yang berubah menjadi lead. Ini bisa dihitung dari jumlah orang yang mengisi form kontak, mendaftar newsletter, menghubungi layanan pelanggan, atau mendaftar demo.
Lead Conversion Rate = (Jumlah lead / Jumlah pengunjung) x 100%
Contohnya, jika visitor web kamu 2.000 orang dan jumlah yang menghubungi CS dan mendaftar demo sebanyak 200 orang, maka angka konversi lead 10 persen.
3. Sales conversion rate
Metrik ini mengukur berapa banyak lead yang akhirnya berhasil dikonversi menjadi pembeli. Data ini sangat krusial untuk menilai efektivitas tim sales dan strategi nurturing. Conversion rate sales juga berlaku untuk direct sales yang melakukan proses nurturing prospek secara konvensional, misalnya by phone, email, dan pesan yang dipersonalisasi.
Sales Conversion Rate = (Jumlah pembeli / Jumlah lead) x 100%
Misalnya, jika dari 200 lead yang memutuskan membeli atau menutup transaksi 10 orang, maka angka konversi salesnya 5 persen.
4. Landing page conversion rate
Metrik ini mengukur seberapa efektif landing page mengajak pengunjung untuk melakukan tindakan spesifik, seperti mendaftar langganan, membeli produk, atau download katalog. Data ini berguna untuk optimasi UX dan copywriting.
Landing Page Conversion Rate = (Jumlah action / Jumlah pengunjung) x 100%
5. Email marketing conversion rate
Mengukur berapa banyak penerima email yang melakukan tindakan setelah membuka email, seperti klik tautan, mendaftar, atau membeli produk.
Email Conversion Rate = (Jumlah action / Jumlah email terkirim) x 100%
Baca juga: Indikator Kinerja Sales yang Efektif
Standar normal conversion rate
Pertanyaan paling sering muncul adalah berapa sih angka konversi yang dikatakan bagus?
Jawabannya, nggak ada angka tunggal yang berlaku untuk semua. Standar angka konversi bervariasi tergantung industri, channel (Google Ads, email, Facebook, Instagram, X), dan definisi ‘konversi’ yang digunakan (klik, isi form, demo, pembelian).
Sebagai patokan umum di dunia digital marketing, conversion rate di kisaran 2–5 persen sering dianggap sehat. Namun, untuk industri seperti e-commerce yang traffic-nya besar dan kompetisinya ketat, angka 1–3 persen saja sudah dianggap normal.
Sebenarnya, yang paling penting bukan mengejar angka tinggi secara mutlak, tetapi:
- mengukur secara konsisten
- melihat performa funnel kamu sendiri dari waktu ke waktu
- membandingkan dengan benchmark industri yang relevan
Di bawah ini contoh benchmark rata-rata conversion rate untuk beberapa industri dengan channel Google Ads berdasarkan data Wordstream:
Industry | Average Google Ads CR (Search) | Average Google Ads CR (GDN) |
Apparel | 2.77% | 0.58% |
Arts & Entertainment | 4.51% | 0.75% |
Business & Industrial | 3.71% | 0.29% |
Computers & Electronics | 3.16% | 0.50% |
Dining & Nightlife | 4.74% | 0.56% |
Finance | 4.17% | 0.80% |
Health | 4.63% | 0.75% |
Hobbies & Leisure | 3.39% | 1.12% |
Home & Garden | 4.26% | 0.35% |
Jobs & Education | 4.15% | 0.38% |
Law & Government | 7.45% | 0.46% |
Real Estate | 3.40% | 0.36% |
Retailers & General Stores | 4.23% | 0.53% |
Sports & Fitness | 3.83% | 0.80% |
Travel & Tourism | 3.95% | 0.39% |
Vehicles | 7.98% | 0.51% |
Optimasi conversion rate dengan Hadirr Sales pipeline
Setelah kampanye digital marketing berhasil menjaring lead—entah itu dari form kontak, permintaan demo, atau chat via website—tugas berikutnya ada di tangan tim sales. Follow-up harus dilakukan dengan pendekatan yang tepat dan terstruktur. Nah, kamu bisa mengelola semuanya lewat aplikasi CRM mobile dan pipeline Hadirr Sales!
Sales pipeline Hadirr membantu kamu memvisualisasikan tahapan penjualan dan perjalanan prospek, mulai dari lead masuk hingga akhirnya closing. Dengan pipeline, proses penjualan jadi lebih transparan, sistematis, dan gampang dikontrol.
Baca juga: 3 Cara Menghitung Sales Forecast yang Akurat
Bagaimana Hadirr Sales bisa meningkatkan conversion rate?
1. Menyusun lead berdasarkan tahap penjualan
Dengan pipeline, kamu bisa mengelompokkan lead sesuai tahapannya: new lead, interested, demo requested, negotiation, hingga ready to close. Ini bikin kamu tahu siapa yang harus diprioritaskan dan strategi mana yang paling cocok untuk masing-masing prospek.
2. Meningkatkan kecepatan dan personalisasi follow-up
Pipeline Hadirr terintegrasi dengan CRM, jadi tim sales akan langsung dapat notifikasi real-time kapan harus follow-up. Plus, kamu bisa lihat histori interaksi dengan tiap prospek. Hasilnya? Lebih cepat, lebih personal, dan potensi closing makin tinggi.
3. Memonitor performa dan hambatan konversi
Lewat pipeline yang tertata rapi, kamu bisa tahu di tahap mana prospek sering stuck. Misalnya, banyak yang drop di tahap negosiasi. Nah, itu sinyal buat evaluasi strategi atau pendekatan. Semuanya bisa kamu deteksi real-time, jadi nggak perlu nunggu sampai akhir bulan baru panik.
4. Kolaborasi tim jadi lebih efisien
Lead bisa langsung di-assign ke anggota tim, lengkap dengan status, catatan, dan prioritas. Alurnya jelas, kerja jadi nggak tumpang tindih, dan kamu bisa pastikan nggak ada prospek yang lepas cuma karena salah koordinasi.
Jadi, jangan biarkan lead kamu hilang begitu saja. Pakai software cloud CRM Hadirr Sales untuk bantu tim kamu meningkatkan conversion rate dan omzet penjualan. Yuk, daftar aplikasi absensi online Hadirr sekarang untuk menikmati fitur CRM online. Kamu juga bisa coba gratis dulu!